Sabtu, 05 Desember 2015

Sensitifitas yang Dipertanyakan

Aponya yang gaul???
Salam eplekenyes sik yo...,

Beberapa waktu yang lalu, beredar opini, tentang pembalap yang dianggap tidak peka (oleh penontonnya), karena disinyalir tidak 'menghargai' pembalap lain, yang sedang memperebutkan kejuaraan.

Nah, bicara masalah 'kepekaan' ini, mungkin kita lebih baik latihan sendiri terlebih dahulu, apa itu rasa peka, sebelum memveto orang lain & menganggapnya tidak peka. #jiaahh...

Key, sebagian dari pemimpin kita, seringkali mengatakan/berbasa-basi, bahwa penonton/suporter kita sudah dewasa, tapi faktanya, koq malah membully... #ah, sudahlah

Atau ada yang bilang saat menjelang pemilu, kalau masyarakat kita sudah dewasa. Tetapi apa yang terjadi?

Banyak polisi tidur dibangun di jalan raya, yang sebenarnya mengganggu kenyamanan & jelas merusak jalan itu namanya.

Lalu ini apa maksudnya coba? Apakah masyarakat kita dianggap belum dewasa, sehingga ditakutkan akan ngebut di jalan? Lah katanya tadi dah dewasa? #jadi kayak anak kecil ajah deh, yang selalu dikekang & diawasi

Bisa jadi, 'oknum' masyarakat tsb akan beralibi, oh bukan, itu dibangun supaya anak2 yang 'belum' beranjak dewasa pada gak ngebut. Lah, masih 'anak2' koq diperbolehkan naik kendaraan sendiri? Salah siapa coba?

Persoalan lain yang juga timbul adalah, siapakah penyebab utama kemacetan di jalan raya? Banyaknya mobil atau banyaknya motor?

Mari kita hitung komposisinya, jika 1 orang = 1 motor, dan 1 mobil = 1 orang, maka pengendara mobil adalah yang paling tidak 'peka' karena body mobil jelas menghabiskan jalan! #dan tidak fleksibel! Karena itu proyek mobil mini seharusnya lebih dikembangkan

Situasi yang lebih rumit juga terjadi pada orang yang merokok di tempat umum. Bukankah karenanya juga mengganggu masyarakat umum lainnya, yang tidak merokok? Yang jelas, jumlah korban perokok pasif menjadi meningkat karenanya. #maka, asap mana lagi yang kau dustakan?

"Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (perih). (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman". (QS. Ad-Dukhān:10-12)

Jadi, siapa yang sebenarnya tidak peka? Emboh wes,...pikiren dewe...#mungkin kita ini sudah lelah, hehe...

* Bonus:

- Tausiyah Gratis -

Bangga  Diri Merusak Amal,

Amal salih bukan untuk dibanggakan. Bisa beramal salih adalah nikmat yang diberikan Allah kepada seorang hamba. Hingga kita bisa melakukan amal salih karena Allah yang beri kita modal. Tubuh sehat, kesempatan, kekuatan dan segala yang membuat kita bisa beramal shalih datang dari-Nya. Tak ada yang layak kita banggakan. Meskipun itu berupa prestasi-prestasi kesalihan. Ketahuilah, membanggakan diri atas amal-amal itu justru merusak nilai amal.
"Adapun amal-amal yang membinasakan adalah berperilaku kikir, mengikuti hawa nafsu dan membanggakan diri." (HR. Thabrani)
Allah 'Azza wa Jalla hanya menerima amal salih yang ikhlash. Ikhlas artinya melakukan amal semata karena mengharap ridha Allah, bukan untuk mendapat sanjungan manusia, apalagi membanggakan diri atau disombongkan,

Ibnu Taimiyah berkata:" Seorang yang bangga terhadap dirinya sendiri, tidak bisa merealisasikan, "Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." Sebagaimana seorang yang riya (pamer) tidak bisa merealisasikan,"Hanya kepada-Mu kami beribadah"

Tidak ada komentar:

XHTML: Anda dapat menggunakan tag-tag ini (untuk menambahkan link dst): a href="",b,strong,del,i,strike

Posting Komentar

You may also like

Baca juga

You may also like

LinkWithin