|
Akibat berpikir liberal kehilangan identitas |
Sebuah auto kontemplasi/artikel pencerahan,
#bukankah kita suka makan lombok yang pedas itu?
Dalam beberapa bulan terakhir, kita banyak sekali menyaksikan kebohongan publik. Janji2 manis nan palsu diumbar sedemikian entengnya tanpa rasa bersalah. Kita semua merasa tertipu. Semua tak lebih karena nafsu angkara murka dan politik pencitraan yang membabi-buta.
Dimana kenegarawananmu, kalau bisanya ngeles melulu? Akuilah kesalahanmu, itu lebih gentleman.
Sebenarnya adalah suatu kesalahan jika kita mengajukan diri. Biarlah alam yang memilih kita (lakukan karya nyata lebih dulu, sesuai kapasitas & posisi). Jika alampun tidak memilih kita, biarlah Tuhan yang memilih kita. Semua memang butuh cara, tapi cara yang diridhoi/maksimal secara terintegrasi.
"..Sesudah itu kamu akan dipimpin oleh penguasa-penguasa yang berkata tidak dengan ilmu dan berbuat tidak dengan ilmu. Barangsiapa yang menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, akan hancur dan menghancurkan. Berhubunganlah dengan mereka secara fisik, tapi kamu jangan mengikuti kelakuan mereka,..." (HR. Thabarani dan Baihaqi)
Yang namanya ijtihad adalah usaha yang maksimal (dengan pengetahuan yang benar). Bukan segala usaha terus bisa disebut dengan istilah 'ijtihad', padahal gak maksimal.
#aya-aya wae itu istilahnya, ngeles lagi jatuhnya...
Apakah sebuah fenomena dihadapi dengan mengabaikan sebuah fenomena lain yang lain, apalagi bersifat laten?
#over optimistis?
*) bagaikan tontonan sepakbola, yang komen seolah lebih pintar daripada yang maen. Salam komengtator modol-modol deh wkwkwkwk....
* Bonus:
- Rumus Mengukur Kualitas/Bobot (calon) Pemimpin Secara Obyektif #bukan tentang kepribadiannya loh ya
Integritas = Cara Berpikirnya #bukan cara berbicaranya loh ya
- Tips berbicara
Daripada mengucap kata "edian", "damn", "keparat" yang berkonotasi negatif, mending kita ganti menjadi "MasyaAllah/Subhanallah" (kalo identitas kita muslim) yang bernilai 1 poin ibadah.