Selasa, 01 Juli 2014

[ Telaah ] Cacat demokrasi: Cerminan potret Batman vs Joker

batman vs joker image

Veni Vidi Vici,

Ungkapan populer dari abad sebelum masehi diatas mungkin cocok untuk menggambarkan betapa 'dahsyatnya' pertarungan diantara awak kapal bangsa untuk 'memperebutkan (kue) kepemimpinan'.

Tahu Batman kan?

Do'i digambarkan sebagai sosok yang tegas, cerdas, lugas, taktis, independen, tanpa kompromi, pembela kaum yang lemah.

Sementara Joker, kalo diterjemahin artinya adalah penghibur alias pelawak/badut aka pekerja seni yang kreatif dan akrobatik melakukan manuvernya.

Nah dalam konteks kepepimpinan nasional, yang sedang dicari sebenarnya seorang komandan atau penghibur? Atau mungkin seorang leader yang menghibur? Menghibur untuk apa?

Klo sekedar pingin hiburan, tentu kita bisa nonton acara2 lawakan di televisi. Yang bisa nglawak tuh banyak. Yang bisa mimpin? [mimpi dulu kali yah? ^_^]

Nah disinilah letak lemahnya konsep demokrasi yang mana sesama anak bangsa seolah diadu dan ngotot untuk 'saling memusuhi & saling membunuh' satu sama lain. Lha nek ngono opo gunane bang?

Demokrasi melahirkan persaingan dengan sistem voting (yang berpotensi menyerang satu sama lain), bukan musyawarah untuk mufakat murni, padahal katanya menganut asas Demokrasi 'X'?

Jika konsepnya musyawarah untuk mufakat, tentunya dicari solusi yang terbaik donk dari dan untuk semua/masing2 golongan.Seperti kata sebuah ujaran:

"Dia laksana lebah, hinggap tapi tidak merusak, memakan tapi tidak merusak, dan mengeluarkan yang baik"
Dalam alam suatu negara, yang besar 'melindungi' yang kecil. Melindungi dalam perspektif luas misal dapat menegurnya demi kebaikan, seperti seorang ibu atau yng menghukum anaknya untuk menjaga keharmonisan secara lebih luas.

Sementara yang kecil menghargai yang besar. Tahu diri, tidak arogan atau provokatif selama yang besar tetap di relnya.

Jadi jika ada dua calon yang diajukan, yang dijadikan solusi adalah ide2 terbaik dari kedua calon sehingga dapat saling melengkapi (dan ide keduanya bisa diekspos secara transparan karena ini bukan persaingan). Dan acuan sebenarnya juga bukan dari standar persepsi manusia yang sifatnya nisbi/relatif.

Sementara untuk calonnya, dapat dipilih (diajukan) calon yang paling memenuhi kapasitas/kebutuhan mana yang lebih/paling penting/urgen (fungsional, berwibawa, full spirit dan lebih sedikit mudaratnya) untuk menjalankan komitmen visi dan misi tsb.

* jadi bukan diadu -- kayak ayam ajah. Dan yang gak memenuhi syarat, tahu dirilah, beri kesempatan kepada yang lebih berhak (pantas) *

Pemimpin dipilih juga bukan karena untuk berpihak kepada kepentingan golongan [baca: partai], tapi untuk kepentingan bangsa [baca: rakyat]

Klo bukan kek gini, demokrasi keknya hanyalah menghasilkan pemimpin parsial, bukan integral [yang penting gue,,,katanya]

* Bonus: Arti Warna

warna image

1 komentar:

XHTML: Anda dapat menggunakan tag-tag ini (untuk menambahkan link dst): a href="",b,strong,del,i,strike

You may also like

Baca juga

You may also like

LinkWithin